Bulan Februari adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu remaja en remaji. Maklum, Valentine Day emang jatuh di bulan itu, tepatnya tanggal 14 (katanya…!!!). Semarak peringatan Valentine Day dari tahun ke tahun emang makin anget aja. Remaja en remaji mulai mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Tak ketinggalan remaja muslim en remaji muslimah juga ikut-ikutan. Nuansa cinta mulai bertebaran. Warna pink jadi dominan. Coklat, asesoris dengan bentuk hati dan seabrek kartu cinta laku banget. Tak luput bunga sebagai lambang cinta kasih juga ikut meramaikannya (asal bukan bunga bank aja…hehehe…). Belum lagi acara TV en radio dengan request lagu cinta macam Dilema-nya Nelly or A2DC-nya Melly duet bareng ama Eric adalah bagian dari ritual peringatan Valentine Day. Hari cinta sedunia katanya (kata siapa…??? emboh…!!!)
Apaan sich, Valentine Day?
Sebelum kita ikut-ikutan kayak mereka, sebagai orang yang dikasih akal ama Allah Swt untuk berfikir kita kudu tahu dulu apaan sich Valentine Day?
Sudah terlalu banyak sejarawan Muslim ataupun non-Muslim yang membeberkan kalo peringatan Valentine Day itu berkaitan dengan ritual agama diluar Islam. Malahan, tidak sedikit pemuka Nasrani yang juga mengajukan keberatan pada umatnya yang hanyut ama kegiatan Valentine Day ini. Menurut mereka Valentine Day tidak ada hubungannya dengan keimanan kaum nasrani. Ambil aja contoh seperti opini Ken Sweiger dalam artikelnya yang berjudul : “Should biblical Christians observe it?” (www.korrnet.org). Dalam artikel itu dijelaskan bahwa kata “Valentine” berasal dari bahasa latin yang artinya : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungannya dengan agama nasrani.
Hubungan dengan agama Islam gimana? Wah…bak langit en sumur, eh dibawahnya sumur dech… Pokoknya jauh banget. Nggak nyambung abiss… Nggak percaya? Cari aja di Al-Qur’an, kitab-kitab hadits en kitab-kitab fiqih. Nggak ada satupun ulama’ yang menganjurkan peringatan Valentine Day. Yang ada malah larangan berat. Tengok aja firman Allah Swt : “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS Al-An’am : 116)
Juga hadits Nabi Saw : “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kedalamnya”. Hadits Nabi Saw lain juga coba tengok : “Barang siapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada urusannya dengan perkara kami (agama Islam), maka ia tertolak”.
So…kalo ada remaja muslim en remaji muslimah yang ikut-ikutan beli coklat, permen, asesoris bentuk hati, bunga or ngirim SMS or MMS yang berhubungan dengan Valentine Day. Kita kasih dua kata : ISTIGHFAR DECH…!!!
Valentine Day Sudah Jadi Budaya, Tul Nggak?
Salah satu budaya yang sudah pasti parah, tapi sudah lama dikembangbiakkan padahal lebih bahaya dari penyakit sapi gila, SARS (nggak pakek 008…) or flu burung adalah PACARAN. Valentine Day merupakan momen yang banyak digunakan remaja en remaji untuk ngungkapin en ngembangbiakin en ngelestariin cinta mereka. Valentine Day ibarat “pupuk” untuk nyuburin “bunga” pacaran.
Analog, eh gambaran lain tentang Valentine Day ibarat “riak” di tengah “gelombang”. Ia sekedar maksiat selingan antara maksiat yang rutin, yaitu pacaran. Ibarat goyang dangdut, Valentine Day adalah goyang nge-COR, goyang PAtah-PAtah en goyang ka-YANG. Mereka ngikutin “uswatun sai’ah” (teladan jelak) yaitu goyang nge-BOR. Bahkan, goyang nge-BOR cuma “anak kandung” dari ibunya, yaitu musik dangdut yang salah satu rukunnya adalah goyang. Coba kalo musik dangdut nggak pake’ goyang, bisa disangka sedang membawakan lagu Hymne….hehehe…
Jadi, pacaran itu adalah bagian dari budaya ideologi kapitalisme yang menganjurkan kebebasan perilaku pengikutnya. Nggak aneh kalo pacaran identik dengan pergaulan bebas. Sayangnya, banyak remaja en remaji diperparah oleh ortu mereka yang protes kalo pacaran itu diklasifikasikan ke dalam jenis “makhluk” pergaulan bebas. Mereka membela diri kalo pacaran itu adalah penjajagan kepribadian. Penjajagan itu ternyata banyak yang mirip dengan test drive kalo kita mau beli mobil. Semua dijajagi bahkan secara fisik. Karena takut kulit pacarnya mirip amplas besi, maka kulit pacarnya dielus-elus (malah kalo perlu diremas…). Supaya yakin kalo pacarnya punya pinggang ramping mirip punuk unta, maka setiap kali jalan berdua pinggangnya dipegang. Sebab kurang yakin rambut pacarnya kena sindrom sindromeberketombe, maka kalo duduk berdua rambut pacarnya dibelai-belai. Nggak percaya pacarnya masih gadis or perjaka, maka pacarnya di….(SENSEOR…!!!)
Intinya, pacaran sudah kepalang dinobatkan sebagai kebiasaan hidup rutin seperti BAB. Kalo udah mules, kenapa ditahan ya keluarin aja. Begitulah logika “ngeres” para aktivis pacaran. Remaja en remaji yang nggak pacaran, berarti dia sedang sembelit (kalo begitu apa yang pacaran melulu berarti murus-murus or sakit perut yang susah “diledakkan” keluar? Hehehe…). Maka masuklah remaja en remaji secara berbondong-bondong kedalam budaya pacaran.
Trus, gimana dooong?
Merajalelanya pacaran en Valentine Day adalah bukti kekalahan budaya Islam. Budaya Islam tercabik-cabik en diinjak-injak bahkan oleh umatnya sendiri. Padahal, kalo budaya Islam dihidupin dijamin pergaulan remaja en remaji bakalan sehat wal afiat. Mereka yang suka ngusilin en jahilin lawan jenisnya apalagi sampai Making Love (zina) dikasih “hadiah” campuk cepek (seratus lho…)kali. Malahan, “hadiah” itu bisa ditambah “bonus” pengasingan satu tahun.
Solusi untuk itu saya pikir ada dua cara. Pertama, para remaja en remaji hendaknya tidak tergiur aneka budaya maksiat berbalut cahaya mengkilat. Bukankah “Not every glitter is gold?” Nggak semua yang mengkilat itu emas. Bisa jadi yang mengkilat itu emas sepuhan or kaca yang bisa melukai tangan en kaki kita. Hingar bingarnya perayaan Valentine Day jangan dianggap sebagai suatu kebenaran. Udah jelas banget kok keharamannya. Korban yang bergelimpangan udah kelewat banyak. Mau jadi korban berikutnya…??? Enggak lah yaww…!!!
Jaga kehormatan diri kita dan keluarga dengan akhlak mulia. Oke? Kaya’ pesennya Allah Swt ini lho : “Jagalah diri dan keluargamu dari sengatan api neraka”. Tuch kan…, kamu mau dimasukin ke neraka…???
Kedua, hidupin en kembangin syiar dakwah Islam di masyarakat. Amar makruf nahi munkar. Karena pacaran hanya bisa diberantas dengan aturan Islam. Cara kedua ini emang memerlukan kerja sama yang sinergis antar berbagai elemen, yaitu masyarakat, lingkungan en pemerintah sebagai pemegang kekuasaan. Wallahu a’lam.
#indahnya berbagi
by : Fathur Bibunka